Tim Beregu Putra saat mengikuti opening ceremony PON XVIII tahun 2012 |
Beberapa hari
yang lalu saya duduk sambil ngobrol sama teman seperjuangan dan kebetulan
mereka adalah pribadi-pribadi yang lebih juga lahir sebagai atlet. Bisa
dibilang mereka adalah senior saat menjadi atlet namun seperjuangan saat akan
mengikuti dua kali event PON.
Pembahasan
kami cukup serius, yakni tentang susah senang sebagai atlet dan prosesnya yang
sangat panjang. Tentang buah yang matang dipohon saat tiba masa panennya. HAHAHA analogi macam
apa ini
Dari
pembahasan ini ada beberapa poin yang saya simpulkan, tentunya setelah ngobrol
panjang lebar sambil ditemani minuman favorit mereka dikala gundah ataupun
dikala lagi pengen senang-senang setelah pensiun sebagai atlet yakni ‘Moke’.
Dan moke ini tentu saja bukan moke biasa melainkan Moke
Raidewa yang katanya kalau dibakar bakalan menyala atau yang biasa
orang Kupang bilang 'moke bakar manyala'.
Bicara
tentang atlet tentu saja bukan hanya bicara tentang menjadi juara diatas podium
saja namun juga tentang betapa pentingnya menjadi atlet yang bisa berdampak
bagi sekitar terutama bagi atlet generasi penerus selanjutnya.
Berangkat
dari perjuangan para pendiri dan senior Kempo NTT yang bisa dikatakan
tertinggal sekian tahun baik dalam teknik maupun strategi melatih menjadikan
para generasi penerus saat mendulang prestasi dalam tiga pon terakhir (2008,
2012, & 2016) berpikir untuk kemajuan dan peningkatan prestasi harus ada
peningkatan lagi baik dalam metode kepelatihan dan juga sumber daya manusianya
yakni Kenshi yang melatih (sensei/ senpai) dengan kenshi yang menjadi atlet.
|
Sejak berdirinya Kempo di Bumi Flobamorata NTT pada tahun 1978, Kempo NTT berhasil meraih banyak medali hanya pada nomor RANDORI (tarung) di PON sejak pertama kali diraih pada tahun 1993 sedangkan untuk nomor EMBU (teknik) baru bisa meraih satu medali perak di PON pada tahun 2000. Dan sebuah proses yang panjang dibangun oleh Sensei Barnabas nDjurumana dan Sensei George Hadjoh demi mencapai prestasi yang tentu saja gilang gemilang.
PONKalimantan Timur 2008 adalah sebuah contoh perjuangan yang cukup menyayat hati
dimana perjuangan yang begitu panjang harus diakhiri dengan tidak meraih hasil
yang baik untuk nomor Embu. Nomor randori? Oh tentu saja, masih tetap berprestasi
dengan mendulang dua medali emas.
Barulah pada
INDONESIA OPEN di Bali pada tahun 2009 Kempo NTT mulai menunjukan taringnya
secara perlahan terkhususnya pada nomor Embu dimana generasi yang datang
berangkulan dengan para senior-seniornya setelah melewati tempaan sejak usia
sejak tahun 2001. Dimana kenshi yang berlaga pada Indonesia Open adalah kenshi
binaan yang telah dibina lewat event-event junior dan secara perlajan mulai
memikul tanggung jawab yakni MEDALI EMAS YANG PALING UTAMA!
“Eh.. jangan lupa
minum”, tiba-tiba bandar mabar (mabok bareng) marah.
“Bacarita tapi sonde
ingat minum nih yang bahaya oo”, dibalas teman yang lupa menegak minuman
karena sudah asyik bacarita.
“Hoo..tenang sa oo, b
su minum nih”
Okay, lanjut!
Sejak tahun
2009 tersebut prestasi NTT mulai menanjak untuk nomor embu dan ini
terbukti pada tahun 2011 dimana atlet-atlet dari NTT ada yang dipanggil untuk
mengikuti seleksi timnas Sea Games yang mana merupakan pertama kalinya Kempo
diikutsertakan. Kemudian NTT secara berturut-turut menjuarai setiap Kejuaraan
yang ada baik kategori pelajar atau mahasiswa di level nasional, PON bahkan
hingga ke level internasional.
Tentunya ini
bukan hanya karena kerja keras atlet dan pelatih namun juga manajemen
organisasi yang baik dari PERKEMI NTT yang mana terus menjalin komunikasi
dengan para pelatih senior dari PB PERKEMI untuk bisa meng-upgrade teknik.
Dan bukan hanya itu saja, semua prestasi itu adalah karena doa dan dukungan
dari para orang tua yang selalu mendukung anaknya untuk bisa berprestasi.
Namun dari ke
semuanya itu ada faktor lain yang menjadikan prestasi Kempo NTT terus menanjak
dan cenderung stabil, dan beberapa faktor berikut merupakan faktor penting
dalam meraih prestasi bukan saja di level daerah namun sampai ke level
internasional. Dan ini merupakan faktor yang menjadi dasar dari prestasi yang
lahirnya melalui proses panjang serta ini juga merupakan testimoni dari para
atlet yang telah pensiun.
Para peraih medali emas PON XIX tahun 2016 pose bersama CDM, Pak Andrew Koreh |
1. Percaya Tuhan
Hal pertama
yang menjadikan prestasi Kempo NTT terus bertahan yakni karena diajarkan untuk
hidup bergantung dan percaya pada Tuhan Yang Maha Kuasa saja. Bicara tentang percaya
Tuhan, siapa sih yang tidak percaya dengan Tuhan? Tentunya semua orang yang
mengaku memiliki agama pasti percaya. Namun yang ingin lebih ditekankan disini
kita membangun hubungan yang lebih erat lagi dengan Tuhan, tujuannya hanya satu
yakni demi mendapatkan prestasi yang tertinggi. Akan tetapi hubungan yang erat
itu tentu saja tidak semata-mata karena prestasi sehingga kita berusaha
mendapatkan perhatian Tuhan namun lebih kepada bagaimana kita bisa hidup dengan
hanya mengadalkan Tuhan saja ketika kita menghadapi persoalan hidup. Sebagai
contoh setiap malam ketika sehabis makan malam kami tentu saja tidak lupa untuk
berkumpul dan beribadah memuji memuliakan nama Tuhan.
2. Percaya Diri
Kedua, tentu
saja percaya diri. Setelah diajarkan untuk percaya Tuhan kami juga diajarkan
untuk percaya pada kemampuan diri sendiri, yah bukan asal percaya pada diri
sendiri namun harus dibekali dengan kemampuan dan persiapan yang matang.
Sebagai contoh PON XIX 2016, kami sudah digodok persiapan kami sejak November 2015
hingga September 2016, yang mana menjadikan persiapan yang panjang itu membawa
kepercayaan diri yang tinggi bukan karena lamanya namun karena pengalaman yang
terus bertambah lewat latihan tersebut. Sedangkan daerah lain ketika ditanyai
malah mereka ada yang baru mempersiapkan diri tiga bulan atau sebulan terakhir
menjelang PON.
3. Tahu Diri
Hal terakhir
adalah tahu diri, kenapa hal ini menjadi salah satu faktor? Ini dikarenakan
selain telah percaya Tuhan dan percaya diri kita sebagai manusia terkadang lupa
bahwa itu semua tidak menjadi jaminan kita akan berhasi, jangan sampai sombong
karena terkadang kesemuanya itu juga malah menjadi boomerang bagi kita di arena
pertandingan, karena kita bisa saja menjadi yang terdepan dan terbaik
di tempat latihan namun tidak jika kita over-confidence.
Selain itu
yang dimaksud dengan tahu diri juga yakni jangan karena sedang mempersiapkan
diri menuju arena pertandingan tersu kita malah bertingkah seenaknya pada semua
orang seperti merasa semua yang ada dihadapan kita adalah salah dan benar
sesuai kemamuan kita. Jangan menyakiti orang lain apalagi ketika yang disakiti
sampai membawanya dalam doa’a danterus menyimpannya dalam hati.
Selalu ada
boomerang untuk setiap perbuatan kita, kita boleh menjadi hebat di tempat
latihan namun tidak jika kita tidak punya ‘attitude’ yang baik. Jagalah
persiapan tersebut selayaknya MISI SUCI.
Atlet PON XIX NTT Pose bersama Gubernur dan Wakil Gubernur NTT |
Ooopss..
bicaranya kepanjangan yah, sorry , pengaruh efek moke jadinya begini.
“eh..tapi lu
sonde minum nah”
“oh iya e,
hahaha”
Sebagai
penutup ada sedikit pesan.
Menjadi
jawara tidaklah semudah membalikkan telapak tangan apalagi menjadi atlet di
Bumi Flobamorata ini. Banyak yang melihat keberhasilan seperti mengambil sebuah
impian semalam padahal mereka lupa bahwa untuk menjadikannya nyata perlu
beribu-ribu malam dalam do’a dan tangisan.
Namun selalu
ada prestasi jika kita selalu percaya pada Tuhan dan percaya pada diri serta
selalu tahu batasan-batasan diri, karena selalu ada senyuman dibalik proses dan
penderitaan yang dilalui yakni “BANGGA BERPRESTASI
DAN MENGHARUMKAN NAMA DAERAH TERCINTA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”.
1 Comments
Inspiratif sekaliii kisahnya ���� like and keep in good ��
ReplyDeleteSilakan berkomentar secara bijak atau sesuai topik pembahasan...